animasi bergerak gif
My Widget

Little Me..

Little Me..
"Wajah yang membuatmu tersenyum geli, itulah aku."

Sabtu, 28 Maret 2015

IN CASE OF EMERGENCY


Pukul 01.01 am- RS. Indah Kusuma


“Dok, pasien kembali mengalami serangan jantung!” lapor seorang perawat. Dengan sigap si dokter langsung menuju kamar pasien.
 
“ Segera lakukan operasi sekarang juga!” jawab si dokter dengan tegas.

“Mengapa segera dioperasi, Dok? Bukankah kondisinya membaik siang tadi?” Tanya salah seorang perawat yang lain.

“Kondisinya kini memburuk, penyumbatannya semakin parah. Segera siapkan ruang operasi. Dan hubungi keluarganya.” 

 “Baik.” balas si perawat dengan patuh.

Si dokter tampak mengambil sebuah handphone dari jas putihnya, dan jari-jemarinya dengan sigap langsung menari diatas layar handphone.
___

Pukul 01.30 am.
*Handphoneku berdering 

Dengan mata redup aku segera mengambil handphone yang kuletakkan di atas meja kerjaku.


“Hallo..” sapaku.

“Tolong bantu saya dalam operasi sekarang juga. Kondisi darurat.” Kata seorang diseberang sana.
“Serangan jantungkah?”

“Ya. Penyumbatannya semakin parah. Saya takut nyawanya tak terselamatkan.” 

Betul dugaanku. Saya tahu benar, Dokter Jun tidak akan memanggilku di tengah malam seperti ini untuk melakukan operasi jika bukan dikarenakan pasien serangan jantung. Tindakan dokter Jun memang selalu benar dan tepat. Dia tidak ingin terlalu santai dan hanya menge-cek kondisi pasien sembari berkata kepada perawat, 
“Beri saja dia obat penenang.” seperti halnya yang dilakukan dokter-dokter lain. Dengan sigap akupun berangkat menuju rumah sakit tempat aku bekerja, mengendarai mobilku menyusuri kota ditengah gelapnya malam.
___

Pukul 02.05 am- RS. Indah Kusuma

            Tiba di rumah sakit, aku berjalan dengan langkah cepat menuju kantor dokter untuk mengambil jas putihku dan mengambil jurnal kerjaku sebelum menuju ruang operasi.

“Operasi tengah malam, huh.” Teguran temanku membuatku sedikit kaget. Ah, itu Dr. Teguh, dokter spesialis anestesi.

“Iya, mendadak Dr. Jun memanggilku untuk membantunya. Hey, bukankah kau juga dipanggil pastinya?” tanyaku balik.

“Ya, tentunya. Karena operasi tidak akan berjalan tanpa kehadiranku. Apa kau mau melakukan operasi tanpa suntikan bius?” jawabnya dengan tampang wajah layaknya seorang bos besar.
“Masih membuat lelucon di saat penting seperti ini? Cepat, sebelum Dr. Jun tahu kau ingin pasiennya dioperasi tanpa suntikan bius.” Ledekku dengan sedikit ancaman. 

Kami berduapun berjalan menuju ruang operasi, menyusuri lorong yang minim penerangan. Ah, aku benci gelap! Di depan ruang operasi tampak beberapa orang dengan raut wajah tegang. "Mungkin itu keluarga dari si pasien." pikirkuku. Terlihat ada seorang ibu paruh baya yang tengah mencuri-curi pandangan ke dalam ruangan operasi, 3 orang lelaki duduk di kursi tunggu di luar ruang operasi sembari mengepalkan kedua tangan, dan seorang wanita berumur sekitar 20-an mondar-mandir kesana kemari. Kami menghampiri keluarga tersebut dan berusaha memberikan dukungan dan mengucapkan kata-kata “tenang” kepada mereka.

“Kalian tenang saja, kami semua akan berjuang.” Kata Dr. Teguh.

"Apa anda yang akan mengoperasi ayahku?" tanya wanita muda.

"Oh, bukan. Saya Dr. Teguh spesialis anestesi, dan ini teman saya Dr. Anashia, dia spesialis bedah." jawabnya sembari mengarahkan jari telunjuknya kearahku. "Tenang saja, didalam ada Dr. Jun, sang ahli jantung." tambahnya sembari tersenyum manis ke arah wanita muda itu.

“Betul, kami akan melakukan yang terbaik. Jadi saya mohon, kalian tenang dan berdo’alah untuk kelancaran operasi.” kataku. Akupun mendengar hembusan nafas dari wanita tadi. Mungkin ia cukup tenang mendengar penjelasanku. Kamipun pamit dan mohon do’a untuk kelancaran operasi.
 
“Berjuanglah..”tambah seorang laki-laki berkacamata yang tadi duduk termenung di kursi.
Kami hanya membalas dengan anggukan dan senyuman.
__
“Hey, kalian telat 3 menit 10 detik. Sedang apa kalian? Jangan bermain-main denganku. Camkan itu!” Tampak raut wajah emosi Dr. Jun menyambut kita saat memasuki ruang operasi.

“Maaf, tadi kami berbincang sebentar dengan keluarga pasien. Mereka tampak tegang, jadi kami menenangkan mereka.” Jawab Dr. Teguh sembari memakai sarung tangan karet dan masker.

“Baiklah, cepat gunakan jubah operasi.” Kata Dr. Jun.

Akupun mengambil jubah hijau dan perlengkapan lainnya. Kini, operasi tengah malam akan dimulai. Namun sebelum dimulai, kita harus melakukan ritual para dokter sebelum melakukan operasi.

“Malam semuanya, saya Dr. Jun, ahli bedah jantung.”

“Malam, saya Dr. Anashia, ahli bedah.”

“Saya Dr. Teguh, spesialis anestesi.”

“Baiklah, berikut data pasien. Nama Wishnu Bramaja, umur 55 tahun, golongan darah O, tekanan darah 150/120. Mengalami serangan jantung koroner siang tadi.” Jelas seorang perawat sembari membaca rekaman medis pasien.

 “Baiklah, mari kita mulai. Mohon bantuan kalian semua.” Tambah Dr. Jun.

“Nyalakan tanda operasi.” Aku memberi aba-aba.

Teeet..
*Sirine tanda operasi dimulai.

 Dr. Teguh segera menyuntikan obat bius total kepada pasien. Seketika, pasien langsung tak sadarkan diri, tanda obat bius bereaksi dengan baik.

“Waktu kerja obat bius itu maksimal 2 jam. Mari kita usahakan selesai sebelum kerja obat ini habis.” Kata Dr. Teguh memberi penjelasan.

Berhubung ia dokter anestesi, tugasnya hanyalah membius pasien. Setelah tugasnya selesai, ia langsung keluar dari ruangan operasi melalui pintu khusus dokter. Kini dari rekan dokter hanya tersisa aku dan Dr. Jun. Aku sebagai ahli bedah akan melakukan pembedahan pada bagian dada. Itu sudah menjadi ahliku. Sudah hampir 4 tahun aku menggeluti bidangku ini.

“Tolong pisau bedah.” Kataku kepada perawat. Dengan sigap perawat langsung mengambilkan pisau bedah.

“Kasa..” tambahku.

“Dok, pembedahan sudah dilaksanakan.” Kataku sembari menyerahkan tugas selanjutnya kepada Dr. Jun, si ahli jantung. 

Tugasku selanjutnya adalah menjahit kembali bedahan. Namun aku harus menunggu hingga tugas Dr. Jun selesai. Seketika wajah Dr. Jun berubah, ia tampak sangat serius menangani masalah ini. Aku disampingnya mendampingi jika suatu ketika Dr. Jun membutuhkanku untuk melakukan pembedahan pada bagian jantung pasien. Aku sudah terbiasa membantu Dr. Jun saat operasi, karena saat pertama bekerja di rumah sakit ini aku sudah menjadi anak buah Dr. Jun, bisa dibilang, Dr. Jun adalah mentor seniorku. Melihat bagian organ dalam sudah menjadi kebiasaanku, bahkan menjadi pemandangan hampir setiap hari. Aku sangat menyukai profesiku ini, aku sangat senang saat operasi berjalan dengan lancar dan pasien kambali pulih. Pernah suatu ketika, pasien yang kami tangani hampir kehilangan nyawa. Ia mengalami kondisi yang disebut dengan,  “anesthesia awareness”, yaitu tersadarnya pasien pada saat operasi di bawah pengaruh obat bius, sehingga ia bisa menyadari apa yang terjadi selama operasi (Sumber: https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/anesthesia-awareness/). Hal tersebut dapat disebababkan oleh beberapa faktor, salah satunya kurangnya dosis obat bius. Hal tersebut ditandai dengan mulai bergeraknya anggota gerak pasien seperti tangan dan kaki.

Saat itu aku dan Dr. Jun terkejut. Jika memang pasien sadar, ini akan berakibat fatal bagi pasien. Untung tindakan sigap dokter anestesi dapat menyelamatkan nyawa si pasien. Dokter anestesi segera menyuntikkan obat bius,  dan pasienpun kembali tak sadarkan diri.
___

Teeet..
*Sirine tanda operasi berhasil

Aku dan Dr. Jun tersenyum lega. Kami semua yang berada di dalam ruangan merasa sangat bersyukur. Operasi berjalan dengan lancar. Obat biusnyapun dapat bertahan. Pengalaman pahitku tak terulang kembali. Kami semua merapikan alat-alat operasi, pasien tidak diperbolehkan langsung dipindah ke kamar biasa. Ia harus tetap di pantau di ruang operasi hingga siuman, dan dicek detak jantungnya secara berkala untuk memastikan tidak terjadi serangan dadakan sebelum akhirnya dipindah ke kamar biasa. Aku melihat jam, pukul 03.15, sementara pasien dipantau oleh para perawat, aku dan Dr. Jun segera keluar dari ruang operasi dan menemui keluarga pasien. Mereka segera bangkit dari duduknya setelah melihat aku da Dr. Jun keluar dari ruangan operasi, wajah mereka tampak pucat, bahkan seperti menahan nafas selama operasi berlangsung.

 “Semua berjalan dengan lancar.” Kata Dr. Jun. Diikuti dengan hembusan nafas panjang yang terdengar begitu kencang, bahkan aku merasa seperti menggema ke seluruh penjuru ruangan. Raut wajah senang tampak dari wajah mereka, mereka saling memandang satu sama lain dengan senyuman bahagia.

“Terima kasih atas kerja kerasnya, Dok. Terima kasih banyak.” Kata si Ibu dan anak perempuannya dengan tangisan haru sembari menjabat tangan kami.
  
Aku dan Dr. Jun kembali ke kantor untuk menulis jurnal operasi. Dengan bangga Dr. Jun menulis,


Waktu Operasi
Penyakit/
penyebab
Atas Nama
Dokter
Keterangan
Pukul 02.10 s/d 03.15
Serangan Jantung Koroner

Wishnu Bramaja (55)
-Dr. Jun (Jtg)
-Dr. Anashia (Bdh)
-Dr. Teguh (ants)
Operasi tengah malam pertama. SUKSES..









Ia bahkan mempertebal dan menggaris bawahi kata “Sukses”, sebenarnya penulisan itu tidak sesuai dengan kaidah penulisan jurnal operasi. Tapi tampaknya, Dr. Jun sangat bahagia dan bangga, karena ini merupakan operasi tengah malam pertama yang dilakukan di rumah sakit ini.

“Ayo, kita terus berjuang..”

 -TAMAT-

-HIR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
animasi bergerak gif
My Widget